Sunday 19 February 2017

VULKANISME TEKTONISME SEISME




VULKANISME

Istilah vulkanisme berasal dari kata latin vulkanismus nama dari sebuah pulau yang legendaris di Yunani. Tidak ada yang lebih menakjubkan diatas muka bumi ini dibandingkan dengan gejala vulkanisme dan produknya, yang pemunculannya kerap kali menimbulkan kesan-kesan religiuos. Letusannya yang dahsyat dengan semburan bara dan debu yang menjulang tinggi, atau keluar dan mengalirnya bahan pijar dari lubang di permukaan, kemudian bentuk kerucutnya yang sangat mempesona, tidak mengherankan apabila di masa lampau dan mungkin juga sekarang masih ada sekelompok masyarakat yang memuja atau mengkeramatkannya seperti halnya di pegunungan Tengger (Gn.berapi Bromo) di Jawa Timur. 

Vulkanisme dapat didefinisikan sebagai tempat atau lubang di atas muka Bumi di mana dari padanya dikeluarkan bahan atau bebatuan yang pijar atau gas yang berasal dari bagian dalam bumi ke permukaan, yang kemudian produknya akan disusun dan membentuk sebuah kerucut atau gunung.

Adapun sejumlah bahan-bahan yang dikeluarkan melalui lubang, yang kemudian dikenal sebagai pipa kepundan, terdiri dari pecahan-pecahan batuan yang tua yang telah ada sebelumnya yang membentuk tubuh gunung-berapi, maupun bebatuan yang baru sama sekali yang bersumber dari magma di bagian yang dalam dari litosfir yang selanjutnya disemburkan oleh gas yang terbebas. Magma tersebut akan dapat ke luar mencapai permukaan bumi apabila geraknya cukup cepat melalui rekahan atau patahan dalam litosfir sehingga tidak ada waktu baginya untuk mendingin dan membeku. 

Terdapat dua sifat dari magma yang dapat memberikan potensi untuk bertindak demikian, dan itu adalah pertama kadar gas yang ada di dalam magma dan yang kedua adalah kekentalannya. Sebab-sebab terjadinya vulkanisme adalah diawali dengan proses pembentukan magma dalam litosfir akibat peleburan dari batuan yang sudah ada, kemudian magma naik ke permukaan melalui rekahan, patahan dan bukaan lainnya dalam litosfir menuju dan mencapai permukaan bumi.

Wilayah-wilayah sepanjang batas lempeng di mana dua lempeng litosfir saling berinteraksi akan merupakan tempat yang berpotensi untuk terjadinya gejala vulkanisme. Gejala vulkanisme juga dapat terjadi di tempat-tempat di mana astenosfir melalui pola rekahan dalam litosfir naik dengan cepat dan mencapai permukaan. Tempat-tempat seperti itu dapat diamati pada batas lempeng litosfir yang saling memisahkan diri seperti pada punggung tengah samudera, atau pada litosfir yang membentuk lantai samudera. 

Tidak semua gunung-berapi yang sekarang ada di muka Bumi ini, memperlihatkan kegiatannya dengan cara mengeluarkan bahan-bahan dari dalam Bumi. Untuk itu gunungapi dikelompokan menjadi gunung berapi aktif, hampir berhenti dan gunung-berapi yang telah mati. Gunung-berapi yang digolongkan kedalam yang hampir mati, adalah gunung-gunung-berapi yang tidak memperlihatkan kegiatannya saat ini, tetapi diduga bahwa gunungapi itu kemungkinan besar masih akan aktif di masa mendatang. Biasanya gunung-berapi ini memperlihatkan indikasi-indikasi ke arah bangunnya kembali, seperti adanya sumber panas dekat permukaan yang menyebabkan timbulnya sumber dan uap air panas, dll. Gunung berapi yang telah mati atau punah adalah gunung berapi yang telah lama sekali tidak menunjukkan kegiatan dan juga tidak memperlihatkan tanda-tanda ke arah itu.


TEKTONISME

Tektonisme atau tenaga tektonik atau diatropisme atau tektogenesa adalah tenaga geologi yang berasal dari dalam bumi dengan arah vertikal atau horizontal yang mengakibatkan pergeseran, pergerakan, pengangkatan dan perubahan letak lapisan batuan atau kerak bumi dalam skala besar, pada umumnya meliputi patahan, lipatan, dan tektonik lempeng yang membentuk permukaan bumi. Gerakan tektonisme juga disebut dengan istilah dislokasi.
Menurut konsep isostasi bahwa material kerak bumi mengapung karena kesetimbangan antara berat material dengan gaya ke atas yang dikerjakan oleh lapisan fluida. Menurut teori tektonik lempeng bahwa litosfer dipandang terdiri dari beberapa lempeng pejal yang bergerak relatip lambat. Lempeng adalah suatu bentuk ukuran yang panjang dan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya. Dalam teori tektonik lempeng, lapisan luar bumi (litosfer) terdiri dari kerak bumi dan bagian padat mantel atas, sampai kedalaman kira-kira 80 km. Material di bawah litosfer yang dianggap cukup panas, sehingga mudah dibentuk ulang dan mampu mengalir, dinamakan asthenosfer.

 Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:
1.      Lempeng Afrika, meliputi Afrika – Lempeng benua
2.      Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika – Lempeng benua
3.      Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua
4.      Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa – Lempeng benua
5.      Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut – Lempeng benua
6.      Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan – Lempeng benua
7.      Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik – Lempeng samudera

Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.

Gerak relatip lempeng ada tiga yaitu:
1.     Divergen-Junctions (Saling Menjauh)

Divergen-junctions yaitu fenomena pada dua lempeng yang saling menjauh, mengakibatkan:
1.          Perenggangan lempeng yang di sertai pertumbukan kedua tepi lempeng tersebut.
2.          Pembentukan tanggul dasar samudra (mid ocean ridge) akibat produk vulkanisme yang bertumpuk sepanjang tempat perenggangan lempeng-lempeng tersebut.
3.          Aktivitas vulkanisme laut dalam yang menghasilkan lava basa berstruktur bantal (lava bantal) dan hamparan lelehan lava yang encer.
4.                        Aktivitas gempa baik skala kecil maupun besar.


2.     Konvergen (Saling Mendekat)
Konvergen aitu fenomena pada dua lempeng yang saling mendekat, mengakibatkan:
1.      Lempeng dasar samudra menghujam ke bawah lempeng benua.
2.      Terbentuk palung laut di zona tumbukan lempeng.
3.      Pembengkakan tepi lempeng benua yang merupakan deretan penggunaan.
4.      Terdapat aktivitas vulkanisme, intrusi, an ekstrusi.
5.      Merupakan daerah hiposentra gempa dangkal dan dalam.
6.      Penghancuran lempeng akibt pergeseran lempeng.
7.      Timbunan sedimen campuran (batuan bancuh atau mélange).




Berdasarkan kecepatan gerak dan luas daerahnya, tektonisme dibedakan menjadi dua yaitu:
A.     Gerak Epirogenetik
Gerak epirogenetik (gerak pembentuk kontinen atau benua) adalah proses gerakan dari dalam bumi secara horizontal maupn vertical yang mengakibatkan turun naiknya lapisan kulit bumi yang relatif lambat dan berlangsung lama di suatu daerah yang luas. Gerak epirogenetik dibedakan menjadi dua yaitu:
a)     Gerak Epirogenetik Positif
Epirogenetik positif yaitu gerakan yang mengakibatkan penurunan suatu daratan atau lapisan kulit bumi, sehingga kelihatannya permukaan air laut naik.
b)     Epirogenetik Negatif
Epirogenesa negatif, yaitu gerakan yang mengakibatkan naiknya suatu daratan atau lapisan kulit bumi, sehingga permukaan air laut terlihat turun.


B.     Gerak Orogenetik
Gerak orogenetik adalah gerakan lempeng tektonis atau kulit bumi yang lebih cepat dan mencakup wilayah yang lebih sempit. Proses ini dapat menghasilkan pegunungan. Dilihat dari hasil perubahan muka bumi, ada dua macam bentuk permukaan bumi akibat tenaga orogenetik.



SEISME

Seisme atau gempa bumi merupakan peristiwa/bencana alam yang ditandai dengan berguncangnya bumi secara tiba-tiba. Dalam peristiwa ini tidak ada tanda-tanda khusus akan terjadi gempa, karena gempa bumi ini terjadi secara tiba-tiba dan terjadi dalam waktu yang singkat, akan tetapi ada beberapa peristiwa gempa bumi yang terjadi dalam waktu yang lama (dalam hitungan menit). Gempa bumi tentunya akan berdampak terhadap lingkungan sekitar, akan tetapi akibat gempa bumi yang diberikan tergantung dari besarnya gempa tersebut yang diukur dalam skala Richter. Lalu apa itu seisme atau gempa bumi ?

Pengertian Seisme atau gempa bumi adalah suatu getaran yang terjadi karena peristiwa tumpukan energi dari dalam bumi (tenaga endogen) yang dapat menggetarkan lempeng samudera dan lempeng benua. Secara singkat gempa bumi terjadi pada saat tekanan semakin meningkat di daerah batuan sampai pada tingkatan tertentu sehingga akan menimbulkan pergerakan yang mendadak.

Pergerakan inilah yang nantinya akan menciptakan patahan batu pada saat batuan tersebut pecah pada titik terlemah atau bahkan pergerakan tersebut akan menyebabkan batuan menjadi tergelincir di sepanjang patahan yang ada. Ketika peristiwa ini terjadi, maka sejumlah energi yang besar akan dilepaskan secara bersamaan dengan dilepaskannya tekanan. Energi yang dilepaskan ini akan mengakibatkan batuan yang berada di sekitarnya bergetar dan terjadilah gempa bumi.
Teori Gempa Bumi
Secara umum gempa bumi terjadi karena adanya tenaga dari dalam bumi yang memberikan tekanan dari dalam sehingga terjadi pergerakan yang mendadak. Akan tetapi disini terdapat dua teori tentang proses terjadinya gempa bumi, teori tersebut adalah teori elastisitas dan teori sesar.

1. Teori Elastisitas
Teori elastisitas atau sering disebut sebagai teori kekenyalan elastis adalah teori yang menjelaskan tentang proses energi yang menyebar pada saat terjadinya gempa bumi. Harry Fielding Reid seorang ahli geofisika asal Amerika telah melakukan observasi tentang peristiwa gempa yang terjadi di beberapa tempat. Ia menyatakan bahwa terjadinya guncangan gempa diakibatkan karena kekenyalan elastis dari energi yang sebelumnya terkumpul dari batuan sehingga akan terdeformasi secara elastis. Adapun akumulasi tegangan yang terjadi akan mengakibatkan terjadinya pelepasan energi dari bebatuan.


2. Teori Sesar
Sesar adalah suatu celah yang terdapat pada kerak bumi yang berada di perbatasan antara dua lempeng tektonik. Menurut teori sesar, gempa bumi terjadi karena dipengaruhi oleh pergerakan batuan dan lempeng pada sesar bumi ini. Apabila batuan yang tertumpu jatuh ke bawah karena batuan penumpu di kedua sisinya bergerak saling menjauh, maka sesar ini dinamakan sebagai sesar normal (normal fault).
Apabila batuan yang tertumpu terangkat ke atas karena batuan penumpu di kedua sisinya bergerak saling mendorong, maka sesar ini dinamakan sebagai sesar terbalik (reverse fault). Lalu apabila kedua batuan pada sesar bergerak saling berjatuhan, maka sesar ini dinamakan sebagai sesar geseran-jurus (strike-slip fault). Pada sesar normal dan sesar terbalik, keduanya akan menghasilkan perpindahan vertikal (vertical displacement), sedangkan pada sesar geseran-jurus akan menghasilkan perpindahan horizontal (horizontal displacement).


No comments:

Post a Comment